Hari ini, tepat 1 Muharram 1432 Hijriah. Sebuah momentum tepat untuk menjadikan pesepakbolaan Indonesia lebih baik. Momentum pergantian tahun dalam Islam ini, sebaiknya dimaknai sebagai sebuah era memasuki babak kejayaan dan gemilangnya prestasi Timnas yang sebelumnya miskin prestasi.
Muharram? Rasanya hampir semua orang sudah mengetahui dan mengenalnya, apalagi bagi seorang muslim. Sejarah demi sejarah telah dilalui bagi sebuah bangsa maupun umatnya, banyak kisah yang telah terlewatkan, namun sedikit di antara kita yang menyadari, bahkan tidak mengerti akan esensi yang terkandung dalam sejarah yang pernah dilalui itu.
Salah satu makna yang ingin dibangun melalui Muharram kali ini, adalah keinginan publik Indonesia, melihat Timnas berjaya dan memberikan prestasi terbaik, sebagai kado ulang tahun kali ini. Meski Muharram adalah tahun baru Islam, dan ada personil timnas yang beragam suku dan agama, tetapi Muslim Indonesia yang merupakan populasi terbesar di dunia tidak melihat tidak melihat itu.
Mereka memandang Timnas adalah Indonesia yang utuh tanpa perbedaan. Mereka juga ’haus’ akan prestasi dan kebanggan memiliki Timnas, sama bangganya memiliki El-Loco Gonzales, Irfan Bachdim, si mutiara Papua, Maniani dan semua personil timnas, tidak terkecuali pelatih Alfred Riedl yang berkewarganegaraan Austria itu.
Tidak ada rasis dalam dunia sepek bola Indonesia, yang mereka inginkan hanyalah sebuah kemenangan. Bukan proses lagi. Dua kemenangan beruntun adalah pijakan awal untuk membawa sepak bola Indonesia ke dunia Internasional. Memang sebuah pertanyaan besar, negeri dengan ratusan juta penduduk, belum mampu menghasilkan pemain yang mendunia. Ini kerinduan yang mendalam.
Pentingnya Menjungkal Thailand.
Satu hal yang ingin disaksikan publik Indonesia, adalah kemenangan atas Thailand. Maklum negeri Gajah Putih ini masih disebut sebagai raksasa Asia Tenggara, yang tentu kemenangan atas negeri ini juga sangat bernilai penting, untuk menggairahkan dan merangsang prestasi ini.
Kenapa harus Thailand? Tentu ini pertanyaan yang mudah dicerna oleh pencinta sepakbola Indonesia. Mereka paham kalau Timnas sangat kesulitan mengalahkannya tim gajah putih. Apalagi negeri ini memang mengalami kemajuan pesat di sektor olahraga, dan belakangan ini agak mundur karena cedera politik di negeri tersebut.
Thailand merupakan musuh bebuyutan Indonesia di kancah sepakbola Asia Tenggara. Kedua tim akan bertemu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Selasa, 7 Desember 2010 malam ini.
Sejarah pertemuan Indonesia dengan Thailand sudah tersaji sejak 1957. Dalam perjalanannya, kedua tim saling mengalahkan di berbagai turnamen, baik yang digelar oleh federasi atau sekadar turnamen invitasi.
Kemenangan terbesar Indonesia atas Thailand didapat saat tampil pada turnamen Jakarta 1975 lalu. Saat itu, Tim Merah Putih unggul telak 5-0. Thailand berbalik mempermalukan Indonesia saat tampil di SEA Games 1985. Saat itu Gajah Putih yang tampil sebagai tuan rumah melibas Indonesia 7-0 di babak semifinal.
Di pentas Piala AFF, Indonesia hanya sekali menang lawan Thailand, yakni pada 1998. Saat itu Merah Putih menang 5-4 lewat adu penalti usai bermain imbang 3-3 sepanjang 120 menit pada perebutan tempat ketiga.
Setelah itu, Indonesia praktis tak berkutik jika bersua Thailand. Pada pertemuan terakhir pada semi final Piala Piala AFF 2008 lalu, Indonesia kalah 0-1 di leg pertama dan 1-2 di leg kedua.
Duel ini sudah tak berpengaruh bagi Indonesia karena telah memastikan diri lolos ke babak semifinal dengan koleksi 6 poin. Skor kemenangan Indonesia di dua laga sebelumnya juga cukup fantastis. Di laga perdana, pasukan Alfred Riedl menenkuk Malaysia 5-1. Sedangkan di laga kedua, Indonesia mempermalukan Laos 6-0.
Riedl sendiri tak perduli dengan rekor buruk Indonesia atas Thailand. Baginya itu hanyalah masa lalu. Meski bertekad meraih 3 poin, pelatih asal Austria itu juga tak ingin mengusung misi ‘balas dendam’ dalam duel ini. Dan akhirnya indonesia menang atas thailand 2-1, meskipun hanya pinalty semua tapi saya tetap bangga karena indonesia bisa mengalahkan thailand.